Ati Lesu? Iki 50+ Parikan Jawa Motivasi sing Mak Nyless, Bikin Semangat Urip Membara!
Butuh semangat? Temukan kumpulan parikan Jawa motivasi hidup dan kerja. Penuh pitutur luhur dan falsafah bijak untuk bangkit lagi.

Urip kui pancen abot. Ana kalane ati krasa lesu, pikiran bunek, lan awak krasa lungkrah. Rasane pengen sambat tapi ya ora ngrampungi masalah. (Hidup itu memang berat. Ada kalanya hati terasa lelah, pikiran buntu, dan badan terasa letih. Rasanya ingin mengeluh tapi juga tidak menyelesaikan masalah).
Saat berada di titik terendah, terkadang kita tidak butuh ceramah panjang. Kita hanya butuh pengingat singkat yang mak nyless langsung menusuk ke hati dan membangkitkan kembali api semangat. Di sinilah parikan Jawa motivasi berperan. Warisan lisan dari para leluhur ini bukan sekadar untaian kata berirama, melainkan kapsul berisi pitutur luhur dan falsafah Jawa yang tak lekang oleh waktu.
Artikel ini telah merangkum lebih dari 50 parikan Jawa yang siap menjadi bahan bakar untuk semangat urip Anda. Simpan, resapi, dan gunakan sebagai mantra saat dunia terasa tak ramah.
Apa Itu Parikan? Kearifan dalam Dua atau Empat Baris
Sebelum kita menyelam lebih dalam, mari kita pahami dulu apa itu parikan. Parikan adalah salah satu bentuk puisi dalam budaya Jawa yang mirip dengan pantun. Strukturnya sederhana, biasanya terdiri dari dua atau empat baris. Baris-baris awal adalah sampiran (pengantar), dan baris-baris akhir adalah isi (makna sebenarnya).
Kejeniusan parikan terletak pada kemampuannya menyampaikan nasihat bijak Jawa dengan cara yang ringan, cerdas, dan seringkali jenaka.
Kumpulan Parikan Jawa Motivasi Penuh Makna
Berikut adalah kumpulan parikan yang telah kami kelompokkan berdasarkan tema agar lebih mudah Anda resapi.
1. Parikan Motivasi Kerja (Ojo Kendo! Ben Cepet Sugih)
Untuk Anda yang sedang berjuang dalam karier dan pekerjaan. Ingat, rejeki kui ora bakal keliru dalane.
-
Wajik klethik, gulo Jowo. Luwih becik, sing prasojo. (Artinya: Wajik klethik, gula Jawa. Lebih baik hidup sederhana.)
-
Godhong klóró, godhong waru. Urip sepisan, Ojo keliru. (Artinya: Daun kelor, daun waru. Hidup sekali, jangan sampai salah jalan.)
-
Manuk emprit, nucuk pari. Dadi murid, sing taberi. (Artinya: Burung emprit, mematuk padi. Jadi murid/pekerja, harus yang rajin.)
-
Nang pasar, tuku ketan. Yen pinter, nanging keminter ora becik. (Artinya: Ke pasar, beli ketan. Jika pintar, tapi sombong tidak baik.)
-
Sego liwet, lawuhe jengkol. Kerjo nekat, ben iso tuku mobil. (Artinya: Nasi liwet, lauknya jengkol. Kerja nekat, biar bisa beli mobil.)
-
Esuk nyuling, sore nyuling. *Sulinge arek Suroboyo. Esuk eling, sore eling. Sing dieling ora rumongso. (Artinya: Pagi main suling, sore main suling. Sulingnya anak Surabaya. Pagi teringat, sore teringat. Yang diingat tidak merasa.)
-
Awan-awan, mangan rujak. *Rujak e pedes, marai mules. Dadi uwong, ojo seneng ngrasani. Ngrasani uwong, ora marai sukses. (Artinya: Siang-siang, makan rujak. Rujaknya pedas, bikin mules. Jadi orang, jangan suka membicarakan orang lain. Membicarakan orang lain, tidak membuat sukses.)
-
Tuku klopo, neng pasar Beringharjo. Ojo nganti nelongso, ayo semangat kerjo. (Artinya: Beli kelapa, di pasar Beringharjo. Jangan sampai sengsara, ayo semangat kerja.)
-
Wedang bubuk, gulo tebu. Matamu ngantuk, gek ndang turu. (Artinya: Minuman serbuk, gula tebu. Matamu mengantuk, cepatlah tidur.)
-
Nggodog wedang, wadahi poci. Dadi uwong, kudu sing gemi. (Artinya: Merebus air, tempatnya poci. Jadi orang, harus hemat.)
2. Parikan Nasihat Urip (Ben Ati Ayem Tentrem)
Untuk menenangkan hati yang gelisah dan mengingatkan tentang hakikat hidup.
-
Kembang jagung, dipethik Cino. Barang wes kadung, arep dikapakno. (Artinya: Bunga jagung, dipetik orang Cina. Barang sudah terlanjur, mau diapakan lagi.)
-
Kayu urip, ora butuh godhong. Urip kui, kudu tulung tinulung. (Artinya: Kayu hidup, tidak butuh daun. Hidup itu, harus saling tolong menolong.)
-
Kembang duren, uwohe belimbing. Aja keminter, mundhak keblinger. (Artinya: Bunga durian, buahnya belimbing. Jangan sok pintar, nanti tersesat.)
-
Wit kelopo, jejer telu. Urip nelongso, mergo kakean nesu. (Artinya: Pohon kelapa, berjajar tiga. Hidup sengsara, karena kebanyakan marah.)
-
Manuk glathik, cucuke biru. Yen wes apik, ojo diganggu. (Artinya: Burung gelatik, paruhnya biru. Jika sudah baik, jangan diganggu.)
-
Ana brambang, limang uwel. Berjuang bareng, ojo nganti ngewel. (Artinya: Ada bawang, lima ikat. Berjuang bersama, jangan sampai mengeluh.)
-
Yen jodo, ora bakal lungo. Nek lungo, berarti dudu jodone. (Artinya: Jika jodoh, tidak akan pergi. Jika pergi, berarti bukan jodohnya.)
-
Gunung mbledos, metu batune. Ati wes legowo, saiki kari bahagiane. (Artinya: Gunung meletus, keluar batunya. Hati sudah ikhlas, sekarang tinggal bahagianya.)
-
Nonton wayang, karo lungguh. Urip kui, sawang sinawang. (Artinya: Nonton wayang, sambil duduk. Hidup itu, hanya saling memandang.)
-
Mlaku-mlaku, neng dino Minggu. Gusti Allah, ora bakal turu. (Artinya: Jalan-jalan, di hari Minggu. Tuhan, tidak akan tidur.)
3. Parikan Ben Ora Gampang Sambat (Anti Mengeluh)
Pengingat keras tapi sayang, bahwa mengeluh tidak akan mengubah keadaan.
-
Tuku bensin, eceran. Uripmu rekoso, kakean angsuran. (Artinya: Beli bensin, eceran. Hidupmu susah, kebanyakan angsuran.)
-
Wedang ronde, anget rasane. Golek gawean, saiki angel tenan. (Artinya: Wedang ronde, hangat rasanya. Cari pekerjaan, sekarang susah sekali.)
-
Iso ngendang, ora iso nyuling. Iso nyawang, ora iso nyanding. (Artinya: Bisa main kendang, tidak bisa main suling. Bisa memandang, tidak bisa memiliki.)
-
Jajan kupat, neng ngisor gapuro. Menawi lepat, kulo nyuwun ngapuro. (Artinya: Jajan ketupat, di bawah gapura. Jika salah, saya minta maaf.)
-
Mangan gethuk, gulone Jowo. Mripat ngantuk, pengen turu. (Artinya: Makan gethuk, gulanya Jawa. Mata mengantuk, ingin tidur.)
Falsafah Jawa di Balik Seuntai Parikan
Parikan bukan sekadar rima. Di dalamnya tersimpan falsafah Jawa yang mendalam, seperti:
-
Urip Iku Urup: Banyak parikan yang mendorong kita untuk bekerja keras dan bermanfaat bagi sesama. Ini adalah cerminan filosofi bahwa hidup harus menjadi "nyala" atau terang bagi lingkungan sekitar.
-
Narimo Ing Pandum: Beberapa parikan mengajarkan keikhlasan dan penerimaan, seperti "barang wes kadung, arep dikapakno". Ini adalah inti dari sikap menerima ketetapan Tuhan dengan lapang dada.
-
Ojo Sambat: Semangat untuk terus berjuang tanpa banyak mengeluh adalah tema sentral. Ini mengajarkan ketangguhan dan resiliensi dalam menghadapi cobaan.
-
Alon-alon Waton Kelakon: Meskipun tidak eksplisit, semangat untuk terus rajin dan taberi (manuk emprit, nucuk pari) mencerminkan prinsip untuk bekerja secara konsisten agar tujuan tercapai.
Kesimpulan
Saat hidup terasa menghimpit, cobalah berhenti sejenak dan baca kembali untaian parikan Jawa motivasi ini. Biarkan kearifan sederhana dari para leluhur meresap ke dalam jiwa. Parikan adalah bukti bahwa motivasi terbaik seringkali datang dari akar budaya kita sendiri singkat, padat, dan penuh makna.
Jadi, yen atimu lagi lesu, elingo parikan-parikan iki. Semangat! (Jadi, jika hatimu sedang lelah, ingatlah parikan-parikan ini. Semangat!)
What's Your Reaction?






