50 Pantun Penutup Burung Cendrawasih dan Variasinya
Cari pantun penutup burung cendrawasih? Temukan puluhan variasinya di sini. Pahami makna dan cara membuatnya untuk menutup pidato atau acara.

Hampir semua orang di Indonesia pasti pernah mendengar kalimat, "Cukup sekian dan terima kasih." Kalimat ini adalah penutup standar dalam banyak acara. Namun, kalimat ini terasa jauh lebih berkesan dan elegan jika didahului oleh sebuah sampiran pantun yang khas, yaitu pantun burung cendrawasih.
Formula ini begitu populer hingga menjadi semacam warisan lisan. Ia digunakan di mana saja, mulai dari presentasi siswa di sekolah, rapat di kantor, hingga pidato pejabat. Sebagai seorang peminat bahasa dan sastra, saya melihat formula ini bukan sekadar sajak. Ia adalah penanda budaya yang menunjukkan kelembutan dan rasa hormat dalam menutup sebuah pembicaraan.
Namun, banyak yang hanya tahu satu atau dua versi saja. Padahal, formula ini sangat fleksibel. Dalam artikel ini, kita akan membedah makna di baliknya, melihat puluhan variasinya untuk berbagai suasana, dan bahkan belajar cara membuatnya sendiri.
Membedah Makna di Balik Pantun Cendrawasih
Sebelum masuk ke contoh, mari kita pahami mengapa formula ini begitu istimewa. Kuncinya ada pada kata "Cendrawasih".
Burung Cendrawasih adalah fauna endemik dari Papua, Indonesia bagian timur. Ia dikenal sebagai "Bird of Paradise" atau burung surga karena keindahan bulunya yang luar biasa. Dalam budaya kita, Cendrawasih melambangkan keindahan, keanggunan, dan sesuatu yang luhur.
Dengan menggunakan Cendrawasih sebagai sampiran, penutur secara tidak langsung menyiratkan bahwa penutupnya dilakukan dengan cara yang anggun dan terhormat. Rima akhir antara "Cendrawasih" (sih) dan "terima kasih" (sih) terasa begitu pas dan alami di telinga. Inilah yang membuatnya sangat populer.
Kumpulan Pantun Penutup Cendrawasih (Versi Klasik dan Formal)
Versi ini paling sering digunakan dan cocok untuk acara resmi seperti presentasi, seminar, atau pidato formal. Baris pertamanya biasanya diisi dengan nama burung lain untuk melengkapi sampiran.
-
Burung Irian, burung Cendrawasih,
Cukup sekian dan terima kasih. -
Burung dara, burung Cendrawasih,
Cukup sekian dan terima kasih. -
Burung nuri, burung Cendrawasih,
Cukup sekian dan terima kasih. -
Burung kenari, burung Cendrawasih,
Cukup sekian dan terima kasih. -
Burung merpati, burung Cendrawasih,
Cukup sekian dan terima kasih. -
Burung kutilang, burung Cendrawasih,
Cukup sekian dan terima kasih. -
Burung gelatik, burung Cendrawasih,
Cukup sekian dan terima kasih. -
Burung elang, burung Cendrawasih,
Cukup sekian dan terima kasih. -
Burung camar, burung Cendrawasih,
Cukup sekian dan terima kasih. -
Burung bangau, burung Cendrawasih,
Cukup sekian dan terima kasih.
Pantun ini sangat cocok untuk menutup presentasi di sebuah kompetisi. Tentu, ini adalah bagian akhir dari perjuangan panjang setelah Anda berani untuk mengikuti sebuah lomba dan memberikan yang terbaik.
Variasi Kreatif untuk Suasana yang Lebih Santai
Anda tidak harus selalu menggunakan kalimat "Cukup sekian dan terima kasih". Dengan sedikit kreativitas, Anda bisa mengubah baris keempat agar lebih sesuai dengan konteks acara.
-
Burung dara, burung Cendrawasih,
Atas perhatiannya, kuucap terima kasih. -
Burung nuri, burung Cendrawasih,
Semoga paparan ini membawa kasih. -
Burung gagak, burung Cendrawasih,
Mohon maaf jika ada kata yang risih. -
Burung merak, burung Cendrawasih,
Semoga semua merasa bersih. -
Burung elang, burung Cendrawasih,
Saya akhiri dengan ucapan terima kasih. -
Burung balam, burung Cendrawasih,
Maafkan jika ada salah dan selisih. -
Burung kakatua, burung Cendrawasih,
Hanya ini yang dapat saya kasih. -
Burung tekukur, burung Cendrawasih,
Pidato ini saya tutup dengan terima kasih.
Variasi Lucu untuk Mencairkan Suasana
Siapa bilang pantun penutup harus selalu serius? Sedikit humor bisa membuat penutupan Anda lebih berkesan dan membuat audiens tersenyum.
-
Burung Irian, burung Cendrawasih,
Yang tidak tepuk tangan, pacarnya saya kasih. -
Burung dara, burung Cendrawasih,
Juri jangan lupa kasih nilai A sih. -
Burung nuri, burung Cendrawasih,
Cukup sekian, saya mau permisi. -
Burung gelatik, burung Cendrawasih,
Kalau ada yang salah, jangan bikin selisih. -
Burung puyuh, burung Cendrawasih,
Saya pamit dulu ya, kekasih.
Variasi lucu ini bisa jadi cara ampuh memikat juri. Untuk pendekatan yang lebih sopan, Anda bisa melihat koleksi pantun untuk dewan juri terhormat sebagai perbandingan.
Cara Membuat Pantun Cendrawasih Versi Anda
Keindahan formula ini adalah kemudahannya untuk dimodifikasi. Anda bisa membuatnya sendiri dengan empat langkah sederhana.
-
Pilih Nama Burung. Untuk baris pertama, pilih nama burung apa saja. Usahakan yang memiliki 3 sampai 4 suku kata agar ritmenya pas. Contoh: burung kenari, burung pelikan, burung merpati.
-
Gunakan Baris Kedua Tetap. Baris kedua adalah kuncinya, jadi tetap gunakan "Burung Cendrawasih".
-
Tentukan Baris Keempat. Pikirkan kalimat penutup yang Anda inginkan. Apakah "Cukup sekian dan terima kasih" atau variasi lain seperti "Atas perhatian, saya ucapkan terima kasih".
-
Lengkapi Baris Ketiga. Baris ketiga adalah jembatan. Sering kali pada formula ini, baris ketiga tidak perlu berima dengan baris pertama. Namun, jika Anda bisa membuatnya berima, itu akan lebih baik.
Dengan memahami formula ini, Anda tidak akan pernah kehabisan ide untuk menutup pidato atau presentasi.
Semoga dengan pantun penutup yang berkesan, hasil yang Anda dapatkan juga maksimal. Pada akhirnya, semua usaha pantas dirayakan, misalnya dengan menggemakan pantun kemenangan lomba bersama tim. Pantun Cendrawasih bukan hanya sekadar kata-kata. Ia adalah cerminan budaya kita yang menghargai keindahan dalam berkomunikasi.
What's Your Reaction?






