10 Contoh Pantun Puisi Lama, Warisan Sastra Nusantara
Cari contoh pantun sebagai puisi lama Indonesia? Temukan di sini kumpulan contoh lengkap beserta penjelasan struktur dan ciri-cirinya. Tepat untuk tugas!

Pernah nggak sih lagi ngumpul sama teman-teman, terus tiba-tiba ada yang nyeletuk berpantun? Atau malah kamu sendiri yang suka iseng berpantun ria? Pantun memang selalu berhasil mencairkan suasana, ya kan? Tapi, pernah kepikiran nggak sih dari mana asalnya pantun ini?
Nah, kali ini kita akan membahas lebih dalam tentang salah satu warisan sastra Nusantara yang melegenda, yaitu pantun. Kita akan bedah 10 contoh pantun puisi lama, sekaligus ngobrolin kenapa pantun tetap relevan sampai sekarang. Penasaran? Yuk, simak terus!
10 Contoh Pantun Puisi Lama: Warisan Sastra Nusantara yang Tak Lekang Waktu
Pantun, sebuah bentuk puisi lama yang kaya akan makna dan sarat akan kearifan lokal, masih eksis dan digemari hingga kini. Keindahan pantun terletak pada rima yang khas, pesan yang disampaikan secara implisit, serta kemampuannya untuk menghibur dan mendidik. Mari kita telaah 10 contoh pantun puisi lama yang akan membuka wawasan kita tentang warisan sastra Nusantara ini.
1. Pantun Nasihat
Pantun nasihat seringkali digunakan untuk menyampaikan pesan moral atau petuah bijak kepada pendengar atau pembaca. Pantun jenis ini biasanya menekankan pentingnya nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
Jalan-jalan ke Kota Medan, Jangan lupa membeli bika. Jika ingin hidup aman, Hormati orang tua dan sesama.
Pantun di atas mengajarkan kita untuk selalu menghormati orang tua dan sesama agar hidup kita senantiasa aman dan damai. Nasihat ini relevan sepanjang masa, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitar kita.
2. Pantun Jenaka
Pantun jenaka bertujuan untuk menghibur dan membuat pendengar atau pembaca tertawa. Pantun jenis ini biasanya menggunakan kata-kata yang lucu atau situasi yang absurd untuk menciptakan efek komedi.
Contoh:
Anak ayam turun sepuluh, Mati satu tinggal sembilan. Sudah jelek, jarang mandi pula, Pantasan banyak yang nggak tahan.
Pantun ini jelas bertujuan untuk membuat kita tertawa dengan penggambaran yang sedikit kasar namun tetap jenaka. Pantun jenaka sering digunakan untuk mencairkan suasana dan menciptakan keakraban.
3. Pantun Cinta
Pantun cinta digunakan untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang atau kerinduan kepada seseorang. Pantun jenis ini biasanya menggunakan bahasa yang indah dan romantis untuk menyampaikan pesan cinta.
Contoh:
Beli jamu di hari Selasa, Dibawa pulang oleh si Rina. Hatiku rindu tak terkira, Ingin jumpa denganmu, di mana?
Pantun ini menggambarkan kerinduan yang mendalam kepada seseorang yang dicintai. Bahasa yang digunakan sederhana namun tetap mampu menyampaikan perasaan cinta dengan tulus.
4. Pantun Teka-teki
Pantun teka-teki digunakan untuk menguji kecerdasan atau pengetahuan pendengar atau pembaca. Pantun jenis ini biasanya berisi pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan petunjuk yang diberikan dalam pantun.
Contoh:
Kalau tuan bijak laksana, Coba tebak apa maksudnya. Badannya tinggi, lehernya panjang, Suka makan daun, di padang lapang.
Jawaban dari teka-teki ini tentu saja adalah jerapah. Pantun teka-teki tidak hanya menghibur tetapi juga merangsang otak untuk berpikir dan mencari solusi.
5. Pantun Agama
Pantun agama digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan religius atau nilai-nilai spiritual. Pantun jenis ini biasanya mengingatkan kita akan pentingnya beribadah, berbuat baik, dan menjauhi perbuatan dosa.
Contoh:
Ke masjid kita bersembahyang, Kepada Tuhan kita memohon. Hidup di dunia hanya sebentar, Jangan lupa selalu berbuat kebaikan.
Pantun ini mengingatkan kita bahwa hidup di dunia hanya sementara dan kita harus selalu berbuat kebaikan sebagai bekal di akhirat kelak.
6. Pantun Peribahasa
Pantun peribahasa menggunakan peribahasa atau ungkapan tradisional untuk menyampaikan pesan atau nasihat. Pantun jenis ini biasanya mengandung makna yang mendalam dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh:
Berakit-rakit ke hulu, Berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, Bersenang-senang kemudian.
Pantun ini menggunakan peribahasa "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian" untuk mengingatkan kita bahwa untuk mencapai kesuksesan, kita harus rela berkorban dan bekerja keras terlebih dahulu.
7. Pantun Alam
Pantun alam menggambarkan keindahan alam atau fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Pantun jenis ini biasanya menggunakan bahasa yang puitis dan deskriptif untuk menciptakan gambaran yang hidup dalam benak pembaca atau pendengar.
Contoh:
Pohon kelapa tinggi menjulang, Daunnya hijau melambai-lambai. Ombak laut berdeburan datang, Pantai indah sungguh memukau hati.
Pantun ini menggambarkan keindahan pantai dengan ombak yang berdeburan dan pohon kelapa yang menjulang tinggi. Pantun alam sering digunakan untuk mengungkapkan kekaguman terhadap ciptaan Tuhan.
8. Pantun Adat
Pantun adat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan adat istiadat atau tradisi suatu daerah. Pantun jenis ini biasanya digunakan dalam upacara adat atau acara-acara formal lainnya.
Contoh:
Sirih pinang tanda hormat, Disuguhkan kepada para tamu. Adat dijaga dengan cermat, Agar budaya tetap menyatu.
Pantun ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga adat istiadat dan tradisi agar budaya kita tetap lestari.
9. Pantun Kepahlawanan
Pantun kepahlawanan digunakan untuk membangkitkan semangat perjuangan atau mengenang jasa-jasa para pahlawan. Pantun jenis ini biasanya menggunakan bahasa yang heroik dan patriotik.
Contoh:
Berkibar bendera merah putih, Lambang negara Indonesia tercinta. Pahlawan berjuang sepenuh hati, Demi kemerdekaan bangsa dan negara.
Pantun ini mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Pantun kepahlawanan sering digunakan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air.
10. Pantun Perpisahan
Pantun perpisahan digunakan untuk menyampaikan pesan perpisahan atau salam perpisahan kepada seseorang. Pantun jenis ini biasanya menggunakan bahasa yang menyentuh hati dan mengandung harapan baik untuk masa depan.
Contoh:
Burung camar terbang ke awan, Meninggalkan pantai dengan sayapnya. Walau berpisah, jangan lupakan, Kenangan indah yang kita punya.
Pantun ini menyampaikan pesan perpisahan dengan harapan agar kenangan indah yang pernah dialami bersama tidak akan pernah dilupakan.
Kenapa Pantun Tetap Relevan di Era Modern?
Mungkin kamu bertanya-tanya, di zaman serba digital ini, kenapa pantun masih tetap eksis dan digemari? Jawabannya sederhana: pantun memiliki daya tarik yang unik dan relevan dengan kehidupan kita sehari-hari.
- Singkat dan Mudah Diingat: Pantun dengan empat barisnya mudah diingat dan diucapkan, sehingga cocok untuk berbagai kesempatan.
- Mengandung Pesan yang Mendalam: Meskipun singkat, pantun mampu menyampaikan pesan yang mendalam dan bermakna.
- Fleksibel dan Adaptif: Pantun dapat digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari menyampaikan nasihat hingga menghibur.
- Bagian dari Identitas Budaya: Pantun merupakan warisan budaya yang patut dilestarikan dan dibanggakan.
Di era media sosial, pantun juga semakin populer. Banyak orang menggunakan pantun untuk membuat status, komentar, atau bahkan konten video yang kreatif dan menghibur. Pantun menjadi cara yang unik untuk mengekspresikan diri dan berinteraksi dengan orang lain.
Kesimpulan
Pantun, sebagai salah satu 10 contoh pantun puisi lama, bukan hanya sekadar rangkaian kata-kata indah. Ia adalah cerminan kearifan lokal, nilai-nilai budaya, dan identitas bangsa. Pantun mampu menghibur, mendidik, dan menyampaikan pesan dengan cara yang unik dan menarik. Mari kita lestarikan warisan sastra Nusantara ini agar tetap hidup dan relevan di tengah perkembangan zaman.
Bagaimana dengan kamu? Pernahkah kamu mencoba membuat pantun sendiri? Atau mungkin kamu punya pengalaman menarik dengan pantun? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar!
FAQ: Pertanyaan Seputar Pantun
Berikut adalah beberapa pertanyaan umum tentang pantun yang sering diajukan:
1. Apa saja ciri-ciri pantun yang membedakannya dengan jenis puisi lain?
- Terdiri dari empat baris.
- Baris pertama dan kedua adalah sampiran.
- Baris ketiga dan keempat adalah isi.
- Memiliki rima a-b-a-b.
- Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.
2. Bagaimana cara membuat pantun yang baik dan benar?
- Tentukan tema atau pesan yang ingin disampaikan.
- Buat isi pantun terlebih dahulu.
- Cari sampiran yang sesuai dengan isi dan memiliki rima yang sama.
- Pastikan jumlah suku kata di setiap baris sesuai.
3. Apa saja manfaat mempelajari pantun?
- Meningkatkan kemampuan berbahasa dan bersastra.
- Memahami nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
- Melatih kreativitas dan kemampuan berpikir.
- Menambah wawasan tentang warisan sastra Nusantara.
What's Your Reaction?






